Teknik pemindangan sangat populer di Indonesia dan berperan dalam
menyelamatkan hasil tangkapan ikan yang mudah busuk sekaligus memberi
nilai tambah pada bahan baku. Pemindangan dilakukan dengan cara memasak
atau merebus ikan dalam wadah dengan kondisi bergaram sehingga terjadi
pengurangan kadar air sampai batas waktu tertentu. Pendapatan industri
ikan pindang mencapai Rp 89 miliar/hari atau Rp 2,6 triliun/bulan dengan
rata-rata produksi 80 kg/hari oleh satu industri rumah tangga
pemindangan. Proses pemindangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu,
pemindangan garam dan pemindangan air garam. Pemindangan air garam yaitu
proses pemindangan dengan ikan yang tersusun dalam wadah tembus air
(besek, naya atau keranjang bambu) yang dicelupkan dalam larutan garam
mendidih selama kira-kira setengah sampai satu jam. Produk ini umumnya
mempunyai penampakan yang lebih bersih dan mengilap serta warna spesifik
ikan masih kelihatan. Rasa pindang air garam juga tidak terlalu asin,
aroma seperti ikan rebus, tekstur lebih kenyal dan permukaan kulit lebih
lunak.
Proses pemindangan dapat menggunakan bahan baku ikan kembung (Rastrelliger sp.).
Jenis ikan ini merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki nilai
ekonomis penting. Produksi ikan kembung di Teluk Jakarta mencapai 11,68
ton pada tahun 2010. Ikan kembung mengandung protein yang tinggi yaitu
22 gram dalam 100 gram daging ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber protein. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pemindangan air
garam yaitu garam, air, kunyit, serai dan daun salam. Proses pemindangan
air garam meliputi preparasi bahan baku, penyiangan, pencucian,
penirisan, penyusunan ikan dalam wadah, perebusan dalam larutan garam,
penambahan bumbu, dan penyimpanan. Ikan kembung yang telah disiangi lalu
dicuci, ditiriskan dan ditimbang. Wadah disiapkan lalu ikan disusun di
dalamnya. Larutan garam dibuat sebanyak 2,5 liter lalu dipanaskan.
Selanjutnya, ikan yang telah disusun dalam wadah direbus dalam larutan
garam dan diberi bumbu, yaitu kunyit, serai dan daun salam. Ikan yang
telah mengalami retak di bagian ekor pada saat perebusan menandakan ikan
sudah matang dan dapat diangkat lalu disimpan atau dimasak untuk
dikonsumsi.
Bahan-bahan tambahan pada proses pemindangan, seperti serai, daun
salam dan kunyit berperan dalam menghilangkan bau amis pada ikan dan
memberikan aroma wangi pada produk pindang. Ketiga bahan tersebut
mengandung zat yang dapat member aroma wangi yaitu minyak atsiri.
Kandungan minyak atsiri pada serai, daun salam dan kunyit berturut-turut
sebesar 35%, 30% dan 6%. Kunyit juga mengandung kurkuminoid yang
berperan dalam pembentukan warna kuning pada produk pindang. Penambahan
garam pada suatu produk makanan dapat memperpanjang daya simpan atau
daya awet makanan. Garam dapat menyerap air dari daging ikan dan
menyebabkan plasmolisis sel karena tekanan osmosa yang tinggi sehingga
dapat menghambat aktivitas bakteri. Beberapa jenis bakteri pada pindang
umumnya merupakan bakteri halofilik (suka garam) seperti Micrococcus, Staphylococcus, Bacillus dan Acinetobacter
sehingga konsentrasi garam terlalu banyak juga dapat menurunkan daya
awet. Perebusan pada pemindangan air garam dapat menyebabkan penurunan
konsentrasi garam karena air perebus yang dipakai untuk melarutkan
garam. Larutan garam menyebabkan kadar air produk pindang air garam
menjadi lebih tinggi daripada produk pindang garam. Gejala kemunduran
mutu produk pindang ditandai dengan penampakan memudar, rasa dan aroma
pindang berkurang serta terjadi pelendiran yang diiringi peningkatan
jumlah bakteri dan basa volatil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar